ASI
3 Januari 2025
Memiliki anak adalah salah satu resolusi tahun 2022, alhamdulillah Allah kabulkan. Tahun 2022 aku hamil dan melahirkan bayi lucu menggemaskan, Arsa Devanka Putra, lahir caecar di Bulan Maret tahun 2023.
Melahirkan dengan penuh pertimbangan dan harapan. Kebahagiaan juga tangisan. Para ibu pasti relate, entah karena hormon atau kondisi kita yang perlu pemulihan tapi juga ada kewajiban yang perlu ditunaikan. Menyusui. Aku tidak pernah menyangka ini akan menjadi perjalanan yang menarik, lebih tepat disebut “perjuangan”. Tidak ada target untuk bisa menyusui 2 tahun. Bahkan 6 bulan pertama aku rasa cukup. Tapi dengan karakterku sendiri yang selalu mengusahakan yang terbaik. Push to the limit. 3 bulan lagi genap 2 tahun Arsa, bayi kecilku yang lincah, menyusu.
Edukasi yang aku terima, bayi ASI tubuhnya cenderung kecil karena kadar gula dalam ASI yang rendah, dan itu bagus karena selain rendah gula bayi ASI memiliki imun tubuh yang kuat. Walau tidak menampik Arsa juga pernah sakit. Tapi dikala perubahan cuaca, wabah ataupun perjalanan jauh. Arsa alhamdulillah sehat. Kesukaannya pada air membawa perjalanan kita ke pantai sebanyak 2 kali diusia dia yang belum genap dia 2 tahun. Dia anak yang ceria, perasaan yang dalam, cerewet walau belum jelas, rasa ingin tahu yang tinggi, berani dan suka kebersihan. Dia tahu sampah harus di buang pada tempatnya, sepatu yang dijejer rapi dan kesukaannya pada parfum. Agak beda ya sama emaknya hehe. Itu bapaknya banget emang. Arsa tumbuh menjadi anak yang lincah dan socialeble, bukan anak yang rewel kala rebutan mainan, dia akan mempertahankan kemauannya tapi tidak nangis kalau orang lain yang menang, sedikit iseng dengan wajahnya ramah dan selalu tersenyum. Membuat keluarga terhibur.
Tapi entah ya, untuk aku sebagai ibunya ada satu hal lagi yang tidak dia tunjukan ke orang lain. Yaitu manja. Dia sangat manja padaku, jika aku ada di area penglihatannya, dia tidak mau berpisah, apakah dia kurang quality time bersamaku? Walau aku ibu bekerja, semalaman aku dengannya, tidur berpelukan. Sabtu Minggu bersama. Apa kurang ya? Kadang aku ingin me time. Tapi amat sangat susah. Alhamdulillahnya aku diberi suami yang pengertian dan penuh pengorbanan. Kadang dia memberiku ruang, seperti sekarang aku bisa menulis. Dia bilang Arsa nempel banget ke ibunya karena Arsa full ASI. Om tantenya bilang begitu, terus katanya “bukannya ini yang kamu harapkan kan? Walau kamu kerja anak tetep lengket sama kamu?” Benar juga sih.
Apa benar ya pemberian ASI walau selama aku kerja pake botol dot menyebabkan psikologis anak dekat dengan ibunya? Mungkin itu adalah hadiah yang menghangatkan hati, karena menyusui bukan hal yang mudah. Let me Review:
Pertama, aku bertemu arsa 1 hari setelah melahirkannya. Saat itu payudaraku full sampai aku seperti mengigau, pikiranku melayang dan rasanya aku kedinginan yang amat sangat. Ternyata saat itu aku demam karena ASI yang tidak sempat diberikan dan dipompa. Ketika Arsa datang aku berusaha menyusui, tapi tangisnya yang kencang membuatku panik, suhu tubuhku meningkat, keringat berbulir-bulir, dia terus menangis, sedangkan mulut kecilnya tidak muat untuk putingku yang besar. Hari kedua aku kembali demam. Anakku masih menangis kencang dan melengking, aku meminta rumah sakit memberinya sufor, tapi ditolak. Sempat aku dibantu menyusui, tapi itu sulit. Suamiku saat itu panik tanpa tahu harus berbuat apa, bahkan menggendong ba yi kecil mungil pun tidak berani. Alhasil dia hanya menangis dan tidur karena kelelahan.
Kedua, hari ketiga setelah melahirkan aku pulang ke rumah, saat itu aku memutuskan untuk pulang ke rumah mertua karena mertuaku sakit struk agar ada yang menemani, alih-alih menemani sepertinya aku malah merepotkan, makannya aku berusaha untuk mandiri. Tapi yang ada jahitanku malah terbuka lagi. Aku harus mengurus diriku yang masih dalam penyembukan dan anakku yang masih berjuang untuk menyusu. Iyaps sampai saat ini aku masih berusaha memberinya ASI, dibantu suplemen ASI, padahal masalahnya bukan disitu, mulut Arsa yang kecil sulit menampung puting. Sampai suatu hari suamiku membelikan alat pompa. Rasanya sakit bukan main, ASIku sangat sedikit. Aku simpan tetes pertetes hingga suatu hari dia terus menangis karena ASI yang sangat sedikit. Seharusnya aku simpan ASI dalam satu kantong, tidak usah dibagi-bagi. Selama seminggu itu Arsa hanya menangis, aku juga repot mengurus lukaku yang berdarah. Aku pergi ke puskesmas sedangkan Arsa di titip di Nenek Umi, para lansia itu heboh panik. Suami sudah kembali dinas diwaktu aku pulang dari rumah sakit. Akhirnya aku baby blues. Aku hanya menangis, kurang tidur, lelah dan tidak ada teman cerita. Aku merasa sendirian, gendut dan buruk rupa.
Ketiga, setelah 1 minggu lahir Arsa dibawa ke rumah sakit untuk check up. Berat badan Arsa masih sama dengan waktu lahir. Suster bilang Arsa kena penyakit kuning, yaitu disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi akibat kurang asupan dan kurang dijemur. Rasanya tidak mungkin, aku rajin menjemurnya. Tapi kalau kurang asupan, tentu aku sadari Arsa masih sulit menyusu langsung, suster bilang harus disusui setiap 2 jam sekali. Aku stres saat itu, aku menyalahkan suami yang tidak menemani, aku lelah menghadapinya sendirian. Suami tentu tidak mau disalahkan. “Anak saya kuning dok?” Tanyaku panik, sepertinya dokter menangkap rasa cemas di wajahku. Aku menjelaskan sedetil mungkin siklus kegiatan Arsa. Dia bangun 3 sampai 4 jam sekali, dia menyusu dengan dot, pupnya masih hitam dll. Dokter hanya bilang “menuju kuning tapi kalau dilihat diberat badan memang normal anak baru lahir mengalami penurunan berat badan, nanti naik lagi. Apa mau di cek darah dede bayinya?” Aku jujur tidak tega. Kami menolaknya. Dokter menyarankan “gapapa kalo gamau tes darah, keliatannya masih oke ko, cuma bisa ga dede bayinya disusui 3 jam sekali, kalau pun masih tidur dibangunin aja” Jujur ya dibanding ucapan perawat tadi, dokter lebih manusiawi.
Keempat, untuk pertama kalinya aku Direct Baby Feeding atau disingkat DBF. Ternyata kuncinya aku harus enjoy. Putingku akhirnya disedot, rasanya seperti ditonjok ke ulu hati, aku merasa yakin betul saat itu ASIku tersalurkan. Tapi permasalahnnya sekarang Arsa sering sekali menyusu dan sepertinya ASInya kurang.
Kelima, para tamu berdatangan dengan hadiah-hadiahnya. Cukup menghibur walau belum bisa aku buka dan merasakan vibes perayaan menyambut kelahiran sang buah hati. Aku masih merasakan cemas, panik, dan stress karena ASI yang sedikit. Aku pompa dikala Arsa tidur agar ada stok ASI, lalu memberi ASI dengan sendok. Aku begitu kelelahan hingga kerap pumping samapai ketiduran dan bangun-bangun ASI sudah tumpah berantakan. Aku stres luar biasa. Bi Susi dan anaknya yang bertamu saat itu mungkin merasa kasian, dia belikan sufor atas ijin suamiku beserta dot, pembersih dot, sabun dll. Semenjak itu Arsa mulai sufor. Masalah lain muncul, kulit Arsa mulai ruam. Saat itu bertepatan dengan meninggalnya ibu mertua. Sehingga akupun pindah ke rumah orang tuaku sendiri. Rumah mamah cukup lembab, entah karena itu atau sebab lain. Kurangnya pengetahuanku membuat segalanya menjadi sulit, tapi sejak pindah ke rumah mamah setidaknya aku terbantu dan cukup rileks.
Keenam, jika aku mengingat kala itu, Arsa, anakku sayang pasti kamu kesakitan dan tidak nyaman, tubuhmu ruam, pantatmu lecet, wajahmu menghitam. Kamu hanya menangis. Anakku sayang, maaf ya ternyata kamu alergi susu sapi. Setelah berminggu minggu kamu pakai sufor, tapi harus kamu tahu bambu, panggilan baruku, tetap pumping hingga saat itu untuk pertama kalinya bambu dapat 120 ml. senang sekali rasanya. Hadiah terindah dari babah yaitu pumping, 2 pumping kanan kiri. Bambu langsung bisa dapat hampir 300ml, kamu pun mulai meninggalkan sufor, walaupun begitu demi ketenangan hati kami tetap sediakan sufor dengan PH pro, walau akhirnya dibuang karena tidak pernah dipakai.
Ketujuh, Aku mulai masuk kerja, Arsa full ASI dititip nenek Nia. Jadwal Pompa ASI: Sebelum berangkat kerja sambil sarapan, sampai kantor sampai jam 10 makan, pompa lagi abis duhur, dan habis ashar di stasiun atau di kereta. Hari-hari dipenuhi suara pompa ASI. Pergerakan sangat sulit, badan lemas dan lapar terus. ASI mulai terkumpul banyak, tapi sayangnya ada kondisi ASI yang dibekukan tidak mengeras , aku takut ASInya basi akhirnya aku buang , sayang sekali memang.
Kedelapan, semangat memompa sangat tinggi apalagi karena kebutuhan ASI Arsa yang tinggi, Persediaan ASI yang dibuang dan alat yang baru dihadiahkan suami. Ada momen dimana ASI udah 2 botol tapi warnanya pink karena tercampur darah. Aku sampai tidak sadar putingku lecet karena pompaan. Suamiku yang penuh perhatian memberiku salep lecet puting khusus untuk menyusui.
Kesembilan, kondisi Arsa yang terbiasa dengan dot mulai bingung puting. Tiap weekend yang seharusnya bisa enjoy DBF, dia tidak mau menyusu sama sekali. DBF memang membutuhkan effort lebih untuk sang bayi menyedot ASI dibandingkan dengan dot botol yang sekali hisap dapat banyak. lagi-lagi dia rewel dan terlihat lemas. Padahal DBF itu tetap penting untuk menstimulasi produksi ASI dan mempermudah pemberian ASI. PR lagi nih buat DBF. Apalagi saat Arsa sakit, harusnya Arsa bisa menyusu tapi karena bingung puting mempersulit kondisi, di rumah sakit aku harus pompa, ASI disimpan, Arsa bangun di hangatkan dulu, baru dikasihin. RS di daerahku sangat tidak pengertian, kondisi Arsa yang dehidrasi dan belum bisa minum air putih, tidak biasa DBF malah melarangku pompa ASI. Tapi setelah kami pindah ke Rumah Sakit Imanuel aku diberi keleluasaan mempompa, aku juga boleh titip ASI, boleh ambil ASI, penghangat disediakan, sterilizer disediakan, sehingga aku enjoy dan pemulihan Arsa juga cepat.
Kesepuluh, jika aku ingat masa itu, aku pengen ngasih tau ke diriku sendiri, itu payudaranya harusnya dipijat dulu agar ASInya pecah , lancar dan banyak. Ada yang ngasih tau tapi telat, aku harus merasakan ASI menggumpal, nyut-nyutan, keras dan mengganjal. Untung aku tidak sampai demam. Dipijat terus walau sakit luar biasa, sumplemen tetap diberikan untuk memperlancar. Ketika sudah pecah ASI ngocor terus kaya keran bocor, gabisa distop. Kadang dipijat juga susah, untuk membantu meluruhkan ASI yang menggumpal aku biasanya mengompres dengan air panas. Tapi kalau pakai kain jadi becek, hingga aku beride untuk memasukan air panas ke dalam botol kaca storage ASI. Aku rebahan sambil botolnya dikompres di payudara dan BYUR! Airnya tumpah menyiram separuh lengan dan dadaku. Aku menjerit kepanasan dan kulitku melepuh. Suamiku mengomel karena panik, saat itu yang aku rasakan suamiku tidak pengertian tapi jika aku ingat sekarang, yang memberi pertolongan pertama membelikan obat salep untuk luka bakar ya dia juga.
Kesebelas, perintilan-perintilan konyol tentang per-ASI-an seperti botol kesenggol hingga tumpah ke keyboard padahal udah lebih dari 1 jam pompa, ASI luba dibawa dari kantor dan aku ga bisa dinas luar karena aku menyusui.
Keduabelas, sekarang Arsa enjoy menyusu, kapanpun dimanapun dan dengan gaya apapun. Pernah suatu ketika kala aku tidur, aku bermimpi sesak nafas, gelap dan berat. Aku bangun dengan keadaan panik. Ternyata badan Arsa bertumpu di atas badan dan leherku terhimpit, sekarang hal ini menjadi biasa. Inginnyasih aku dokumentasikan satu per satu gaya sebagai kenang-kenangan. Tapi sepertinya ini hanya akan menjadi momen yang dikenang dalam ingatan saja, karena pergerakan dia yang sangat cepat.
Hingga saat ini aku sudah berhenti mempompa ASI, Dokter Spesialis Anak menyarankan untuk mulai saat ini Arsa diberikan makanan asli dan susu UHT. Arsa di beri maltofer 12 tetes untuk saat ini, babahnya juga memberikan scott untuk kebutuhan vitaminnya. Sejauh ini berat badan Arsa selalu naik walau tidak banyak. Anaknya lincah dan ceria, Teribble Two sudah mulai terlihat tapi kami menikmati proses ini.
Aku dan suami kompak, nenek dan kakeknya tampak menikmati juga. Hanya pekerjaanku yang sekarang terbatas. Aku sebisa mungkin memaksimalkan peranku sebagai ibu, istri, anak dan juga pegawai. Agar semua mendapat hak masing-masing dan berkah untuk kita semua.